Tentang Cita dan Cinta
Aku pikir
berhijrah menjadi lebih baik adalah sesuatu yang sepatutnya dilakukan. Menjadi
muslimah yang senantiasa fokus kepada hal yang baik, menjaga rasa optimisme
tanpa rasa ragu, percaya kepada Allah dan senantiasa yakin kepada Allah.
Sekarang ini
banyak selebritis yang merubah penampilannya yang tadinya tidak berhijab
menjadi berhijab. Mereka menunjukkan tutorial mereka dalam memakai hijab. Dan aku
Aristy Putri belum juga memakai hijab. Tapi jujur entah kenapa ada perasaan
yang tidak nyaman ketika aku keluar rumah tanpa memakai hijab dan itu aku
rasakan ketika aku bekerja.
Pagi ini aku telah bersiap-siap untuk berangkat bekerja, namun sebelum aku berangkat, tanpa pikir panjang segera aku ambil kain berwarna merah maroon segi empat diatas meja kamarku untukku kenakan dikepalaku, ya aku mantap untuk memakai hijab. Saat menuju ketempat kerja aku merasa ada yang berbeda, rasanya sejuk aman dan nyaman. Aku tidak tahu, apakah ini yang dirasakan oleh para hijabers diluar sana. Yang jelas aku merasa seperti itu. Aku membayangkan jika suatu saat aku bisa melanjutka study di kampus impianku dengan mengenakan hijab. Pasti kebahagiaan itu akan terasa leih lengkap.
Dan ketika aku
sudah sampai ditoko tempat aku bekerja, aku melihat semua mata tertuju pada ku.
Teman-teman ku terkejut ketika aku memakai kain berwarna marah maroon yang menutupi rambutku itu.
“Kamu sudah
insaf ya Risty?” kalimat itu keluar dari mulut Intan, ia adalah salah satu
temanku. Mendengar pertanyaan itu aku hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaan
Intan. Dan aku pun segera mengambil sapu untuk membersihkan lantai, karena
sebelum toko dibuka toko harus bersih dan rapi, itu sudah menjadi peraturan
ditoko kami, datang pun tidak boleh ada yang terlambat. Toko tempat aku
bekerja, merupakan toko aksesoris ponsel yang memiliki dua karyawan diantarnya
adalah aku dan Intan. Toko tersebut terletak disebuah pusat perbelanjaan yang
ada di Yogyakarta. Seperti biasa setiap pagi kami berdua selalu membagi tugas.
Pagi ini Intan mengecek aksesoris, dan
aku yang bertugas membersihkan toko.
“Penampilan baru
Ris!” kata Hera yang tiba-tiba lewat didepan toko ku, dia adalah temanku yang juga
bekerja sebagai karyawan, toko nya menjual aneka macam alat elektronik yang terteletak
disebelah toko tempat aku bekerja.
“iya
Her, lebih nyaman rasanya” jawab ku dengan tersenyum.
Hari ini
teman-teman ku banyak yang berkomentar seputar penampilan baru ku yang sekarang
sudah memakai hijab. Tanggapan positif pun aku dapat dari mereka, mereka
mendukung aku berhijab. Namun ada seseorang yang belum mengetahui tentang
penampilan baru ku sekarang. Dia adalah Dion, aku berharap Dion juga memberikan
tanggapan positif J. Dan sore ini aku dan Dion akan betemu di Caffe.
JJJ
“Jilbab mu dilepas
saja, kamu lebih cantik kalau nggak pakai jilbab”. Kata Dion.
Aku merasa dihantam ketika aku mendengar
kalimat yang keluar dari Dion kali ini. Aku pikir Dion mendukung ku. Tapi
ternyata tidak.
“Tapi aku merasa
nyaman kalau pakai hijab, lagian kalau hanya dibilang nggak cantik juga nggak
masalah” sahutku.
“Kamu sekarang
berubah, sikap kamu ke aku juga. Sekarang kita jarang bertemu, kalau diajak
keluar selalu aja ada alasan” kata Dion sambil mengeluarkan sebungkus rokok.
Aku pikir Dion lah yang berubah sikapnya, tidak biasanya dia mengeluarkan rokok
didepan ku. Karena dia tahu aku tidak suka rokok. Dan kali ini dia cuek dan
tidak peduli.
“Kamu merokok
sekarang?”
“Dari dulu kali,
aku merokoknya. Kenapa? Nggak suka aku merokok?” Tanya Dion dengan tatapan
sinis.
“Risty, kamu tuh
sekarang nggak perhatian kamu urus diri kamu sendiri, aku ini pacar kamu. Atau
kita jalani hidup masing-masing saja mulai sekarang”.
“Maksud mu?”
“Masa’ nggak
ngeti juga sih, ngapain hubungan ini dipertahankan kalau salah satu diantara
kita sudah merasa tidak nyaman”.
“aku pikir
selama ini kita tidak ada masalah, kenapa harus menjalani hidup masing-masing”
“tapi lebih baik
kita sekarang jalani hidup masing-masing saja”
Hari ini ini
Dion seperti orang lain dan menatap ku sinis.
Dia merasa tidak nyaman. Sikap Dion membuat ku semakin tidak mengerti,
apa itu artinya dia menginginkan hubungan ini berakhir. Kami berdebat di Caffe
itu, dan belum menemukan titik temu, aku memutuskan untuk pulang. Ucapan Dion
terlalu kasar untuk aku dengar, dia sama tidak menghargai pekerjaan ku.
“baiklah kalau
itu memang mau mu, kita jalani hidup masing-masing saja. Aku pulang dulu” Dion
terdiam, tidak ada sepatah kata pun yang keluar. Akupun segera berdiri dan
segera kuambil ransel ku yang kutaruh dikursi tepat sebelah kanan ku.
“kamu mau nyerah
gitu aja?” Tanya Dion
“itu mau mu”
jawabku. Dan aku pun segera pergi meninggalkan Dion.
Aku akui akhir-akhir ini aku perhatian ku ke Dion
berkurang, itu karena pekerjaan ku yang menuntut ku harus fokus. Ketika Dion
mengajak ku keluar terpaksa aku menolaknya karena harus lembur dan saat siang
hari aku harus mengirim barang di kantor pengiriman. Sehingga wajar kalau Dion
merasa aku berubah dan perhatian ku juga berubah. Dan tidak pernah aku kira
hubungan kami berakhir hari ini. Tidak bisa dipungkiri rasanya sesak dihati.
Namun hal ini benar-benar memberikan pelajaran, bahwa mencitai itu tak perlu
berlebihan.
JJJ
1tahun kemudian
Semenjak hari
itu, hari dimana aku bertemu Dion di Caffe. Aku sudah tidak betemu Dion lagi.
Entah bagaimana kabarnya sekarang, aku kehilangan kontak dengannya. Dan aku
dengar dia sudah punya kekasih baru. Hal itu lantas tak membuatku patah
semangat. Aku tetap menjalani hari-hari ku seperti biasanya. Bekerja dengan
semangat dan tetap mengenakan hijab. Selain itu, belajar dimalam hari untuk
persiapan menghadapi unjian masuk di perguruan tinggi. Aku rasa tak ada
salahnya mencoba, selagi masih ada kesempatan. Tidak ada kata terlambat dalam
menuntut ilmu. Dan semenjak aku tidak
berhubungan lagi dengan Dion. Ada-ada saja teman yang berkomentar tentang diri
ku tentang kesendiran ku J.
Dan setiap hari
aku selalu berfikir aku harus semangat bekerja. Termasuk hari ini, aku berharap
para pengunjung yang akan belanja, mampir ke toko tempat aku bekerja untuk
membeli aksesoris. Namun hari ini cukup sepi pengunjung.
Risty, kamu
punya pacar nggak sih, kok aku nggak pernah lihat pacarmu datang kesini? Tanya
Hera yang tiba-tiba mendatangiku dengan agak sinis.
“dia nggak punya
pacar!” jawab Intan tiba-tiba, sambil menoleh kearah.
“Nyebar brosur
saja sana, biar orang diluar sana tahu kalau kamu sekarang lagi jomblo” ucap
Hera. Akupun tersenyum mendengar kalimat Hera.
“Nggak perlu
memuat brosur Her” jawabku.
Kata-kata Hera
memang kurang mengenakkan jika didengar. Bahkan sempat ada yang mengatakan
perawan tua. Tapi aku anggap ucapan itu merupakan perhatian seorang teman.
Kadang aku berpikir apakah punya pacar adalah suatu kewajiban? Tidak juga kan?
Bahkan dalam Islam pacaran itu memang dilarang. Untuk saat ini aku belajar
untuk memperbaiki hidup. Karena berharap waktu berulang kembali itu, tidak akan
penah terjadi, yang ada hanya bisa memperbaiki agar menjadi lebih baik dari
sebelumnya.
Semenjak aku putus dengan Dion aku berniat untuk tidak dulu menjalin
hubungan dengan siapapun. Aku ingin sendiri dulu dan menata hidupku, karena aku
pikir itu akan lebih baik.
JJJ
“Risty
maafin aku ya, kalau aku punya salah selama ini” kata Intan. Dia memelukku erat dan kesedihan telintas
diwajahnya.
“iya, sama-sama. Aku juga
minta maaf. Meskipun aku sudah tidak kerja disini lagi aku bakal mampir ke toko
ini nanti”.
Aku dan Intan sudah seperti saudara semenjak
kami bekerja di tempat yang sama. Dan hari ini, adalah hari terakhir aku
bekerja. Seminggu yang lalu aku
memberikan surat pernyataan pengunduran diri kepada bos ku dengan alasan
aku ingin melanjutkan studi ku di unversitas. Dan bos ku membolehkannya.
Keputusan ku untuk keluar dari tempat kerja sudah aku mantapkan. Karena aku
diterima di universitas.
JJJ
Pagi
yang cerah, kini telah ku kenakan jas almamater ku. Mengikuti ospek bersama
ribuan mahasiswa baru lainnya. Dan aku siap untuk belajar bersama mereka. Tak henti-hentinya kuucapkan rasa syukur
kepada Allah. Yang senantiasa mendengarkan doĆ” ku.
Ada
pepatah yang mengatakan “setiap ada kemauan pasti disitu ada jalan”. Dan aku
percaya dengan pepatah tersebut. Terlintas dalam benakku mengingat saat aku
masih bekerja dulu. Dan selalu menyempatkan waktu untuk tidak lupa belajar dan
berdo’a.
Sebuah
perjuangan pastinya akan membuahkan hasil. Tidak ada yang tidak mungkin di
dunia ini. Pengalaman ku di masa yang lalu, lantas tak membuatku berhenti
mengejar impian. Dan aku rasa putus cinta bukanlah akhir dari segalanya. Harapan
ku semoga ini menjadi awal yang indah
dan semoga kehidupan ku menjadi lebih baik nantinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar