Senin, 16 Juli 2018

Cerpen

Tentang Cita dan Cinta

Aku pikir berhijrah menjadi lebih baik adalah sesuatu yang sepatutnya dilakukan. Menjadi muslimah yang senantiasa fokus kepada hal yang baik, menjaga rasa optimisme tanpa rasa ragu, percaya kepada Allah dan senantiasa yakin kepada Allah.
Sekarang ini banyak selebritis yang merubah penampilannya yang tadinya tidak berhijab menjadi berhijab. Mereka menunjukkan tutorial mereka dalam memakai hijab. Dan aku Aristy Putri belum juga memakai hijab. Tapi jujur entah kenapa ada perasaan yang tidak nyaman ketika aku keluar rumah tanpa memakai hijab dan itu aku rasakan ketika aku bekerja.

Pagi ini aku telah bersiap-siap untuk berangkat bekerja, namun sebelum aku berangkat, tanpa pikir panjang segera aku ambil kain berwarna merah maroon segi empat diatas meja kamarku untukku kenakan dikepalaku, ya aku mantap untuk memakai hijab. Saat menuju ketempat kerja aku merasa ada yang berbeda, rasanya sejuk aman dan nyaman. Aku tidak tahu, apakah ini yang dirasakan oleh para hijabers diluar sana. Yang jelas aku merasa seperti itu. Aku membayangkan jika suatu saat aku bisa melanjutka study  di kampus impianku dengan mengenakan hijab. Pasti kebahagiaan itu akan terasa leih lengkap.
Dan ketika aku sudah sampai ditoko tempat aku bekerja, aku melihat semua mata tertuju pada ku. Teman-teman ku terkejut ketika aku memakai kain berwarna marah maroon  yang menutupi rambutku itu.
“Kamu sudah insaf ya Risty?” kalimat itu keluar dari mulut Intan, ia adalah salah satu temanku. Mendengar pertanyaan itu aku hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaan Intan. Dan aku pun segera mengambil sapu untuk membersihkan lantai, karena sebelum toko dibuka toko harus bersih dan rapi, itu sudah menjadi peraturan ditoko kami, datang pun tidak boleh ada yang terlambat. Toko tempat aku bekerja, merupakan toko aksesoris ponsel yang memiliki dua karyawan diantarnya adalah aku dan Intan. Toko tersebut terletak disebuah pusat perbelanjaan yang ada di Yogyakarta. Seperti biasa setiap pagi kami berdua selalu membagi tugas. Pagi ini Intan mengecek aksesoris, dan  aku yang bertugas membersihkan toko.
“Penampilan baru Ris!” kata Hera yang tiba-tiba lewat didepan toko ku, dia adalah temanku yang juga bekerja sebagai karyawan, toko nya menjual aneka macam alat elektronik yang terteletak disebelah toko tempat aku bekerja.
            “iya Her, lebih nyaman rasanya” jawab ku dengan tersenyum.
Hari ini teman-teman ku banyak yang berkomentar seputar penampilan baru ku yang sekarang sudah memakai hijab. Tanggapan positif pun aku dapat dari mereka, mereka mendukung aku berhijab. Namun ada seseorang yang belum mengetahui tentang penampilan baru ku sekarang. Dia adalah Dion, aku berharap Dion juga memberikan tanggapan positif J. Dan sore ini aku dan Dion akan betemu di Caffe.
JJJ

“Jilbab mu dilepas saja, kamu lebih cantik kalau nggak pakai jilbab”. Kata Dion.
 Aku merasa dihantam ketika aku mendengar kalimat yang keluar dari Dion kali ini. Aku pikir Dion mendukung ku. Tapi ternyata tidak.
“Tapi aku merasa nyaman kalau pakai hijab, lagian kalau hanya dibilang nggak cantik juga nggak masalah” sahutku.
“Kamu sekarang berubah, sikap kamu ke aku juga. Sekarang kita jarang bertemu, kalau diajak keluar selalu aja ada alasan” kata Dion sambil mengeluarkan sebungkus rokok. Aku pikir Dion lah yang berubah sikapnya, tidak biasanya dia mengeluarkan rokok didepan ku. Karena dia tahu aku tidak suka rokok. Dan kali ini dia cuek dan tidak peduli.
“Kamu merokok sekarang?”
“Dari dulu kali, aku merokoknya. Kenapa? Nggak suka aku merokok?” Tanya Dion dengan tatapan sinis.
“Risty, kamu tuh sekarang nggak perhatian kamu urus diri kamu sendiri, aku ini pacar kamu. Atau kita jalani hidup masing-masing saja mulai sekarang”.
“Maksud mu?”
“Masa’ nggak ngeti juga sih, ngapain hubungan ini dipertahankan kalau salah satu diantara kita sudah merasa tidak nyaman”.
“aku pikir selama ini kita tidak ada masalah, kenapa harus menjalani hidup masing-masing”
“tapi lebih baik kita sekarang jalani hidup masing-masing saja”
Hari ini ini Dion seperti orang lain dan menatap ku sinis.  Dia merasa tidak nyaman. Sikap Dion membuat ku semakin tidak mengerti, apa itu artinya dia menginginkan hubungan ini berakhir. Kami berdebat di Caffe itu, dan belum menemukan titik temu, aku memutuskan untuk pulang. Ucapan Dion terlalu kasar untuk aku dengar, dia sama tidak menghargai pekerjaan ku.
“baiklah kalau itu memang mau mu, kita jalani hidup masing-masing saja. Aku pulang dulu” Dion terdiam, tidak ada sepatah kata pun yang keluar. Akupun segera berdiri dan segera kuambil ransel ku yang kutaruh dikursi tepat sebelah kanan ku.
“kamu mau nyerah gitu aja?” Tanya Dion
“itu mau mu” jawabku. Dan aku pun segera pergi meninggalkan Dion.
Aku akui akhir-akhir ini aku perhatian ku ke Dion berkurang, itu karena pekerjaan ku yang menuntut ku harus fokus. Ketika Dion mengajak ku keluar terpaksa aku menolaknya karena harus lembur dan saat siang hari aku harus mengirim barang di kantor pengiriman. Sehingga wajar kalau Dion merasa aku berubah dan perhatian ku juga berubah. Dan tidak pernah aku kira hubungan kami berakhir hari ini. Tidak bisa dipungkiri rasanya sesak dihati. Namun hal ini benar-benar memberikan pelajaran, bahwa mencitai itu tak perlu berlebihan.
JJJ
1tahun kemudian
Semenjak hari itu, hari dimana aku bertemu Dion di Caffe. Aku sudah tidak betemu Dion lagi. Entah bagaimana kabarnya sekarang, aku kehilangan kontak dengannya. Dan aku dengar dia sudah punya kekasih baru. Hal itu lantas tak membuatku patah semangat. Aku tetap menjalani hari-hari ku seperti biasanya. Bekerja dengan semangat dan tetap mengenakan hijab. Selain itu, belajar dimalam hari untuk persiapan menghadapi unjian masuk di perguruan tinggi. Aku rasa tak ada salahnya mencoba, selagi masih ada kesempatan. Tidak ada kata terlambat dalam menuntut ilmu.  Dan semenjak aku tidak berhubungan lagi dengan Dion. Ada-ada saja teman yang berkomentar tentang diri ku tentang kesendiran ku J.
Dan setiap hari aku selalu berfikir aku harus semangat bekerja. Termasuk hari ini, aku berharap para pengunjung yang akan belanja, mampir ke toko tempat aku bekerja untuk membeli aksesoris. Namun hari ini cukup sepi pengunjung.
Risty, kamu punya pacar nggak sih, kok aku nggak pernah lihat pacarmu datang kesini? Tanya Hera yang tiba-tiba mendatangiku dengan agak sinis.
“dia nggak punya pacar!” jawab Intan tiba-tiba, sambil menoleh kearah.
“Nyebar brosur saja sana, biar orang diluar sana tahu kalau kamu sekarang lagi jomblo” ucap Hera. Akupun tersenyum mendengar kalimat Hera.
“Nggak perlu memuat brosur Her” jawabku.
Kata-kata Hera memang kurang mengenakkan jika didengar. Bahkan sempat ada yang mengatakan perawan tua. Tapi aku anggap ucapan itu merupakan perhatian seorang teman. Kadang aku berpikir apakah punya pacar adalah suatu kewajiban? Tidak juga kan? Bahkan dalam Islam pacaran itu memang dilarang. Untuk saat ini aku belajar untuk memperbaiki hidup. Karena berharap waktu berulang kembali itu, tidak akan penah terjadi, yang ada hanya bisa memperbaiki agar menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Semenjak aku putus dengan  Dion aku berniat untuk tidak dulu menjalin hubungan dengan siapapun. Aku ingin sendiri dulu dan menata hidupku, karena aku pikir itu akan lebih baik.
JJJ
            “Risty maafin aku ya, kalau aku punya salah selama ini”  kata Intan. Dia memelukku erat dan kesedihan telintas diwajahnya.
“iya, sama-sama. Aku juga minta maaf. Meskipun aku sudah tidak kerja disini lagi aku bakal mampir ke toko ini nanti”.
 Aku dan Intan sudah seperti saudara semenjak kami bekerja di tempat yang sama. Dan hari ini, adalah hari terakhir aku bekerja. Seminggu yang lalu aku  memberikan surat pernyataan pengunduran diri kepada bos ku dengan alasan aku ingin melanjutkan studi ku di unversitas. Dan bos ku membolehkannya. Keputusan ku untuk keluar dari tempat kerja sudah aku mantapkan. Karena aku diterima di universitas.
JJJ
            Pagi yang cerah, kini telah ku kenakan jas almamater ku. Mengikuti ospek bersama ribuan mahasiswa baru lainnya. Dan aku siap untuk belajar bersama mereka.  Tak henti-hentinya kuucapkan rasa syukur kepada Allah. Yang senantiasa mendengarkan doĆ” ku.
            Ada pepatah yang mengatakan “setiap ada kemauan pasti disitu ada jalan”. Dan aku percaya dengan pepatah tersebut. Terlintas dalam benakku mengingat saat aku masih bekerja dulu. Dan selalu menyempatkan waktu untuk tidak lupa belajar dan berdo’a.
 Sebuah perjuangan pastinya akan membuahkan hasil. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Pengalaman ku di masa yang lalu, lantas tak membuatku berhenti mengejar impian. Dan aku rasa putus cinta bukanlah akhir dari segalanya. Harapan ku semoga ini menjadi awal yang indah  dan semoga kehidupan ku menjadi lebih baik nantinya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mindful Life

                                                   Seni menjalani hidup bahagia dan Bermakna                   Dalam buku mindful ada terdap...